Moralitas
harus dijunjung tinggi oleh penguasa yang memimpin. Banyaknya
kebobrokan politik dan ekonomi di Indonesia disebabkan karena rendahnya
moralitas yang dimiliki pemimpin; dalam kancah perpolitikan, etika dan
kejujuran dalam berperilaku sehari-hari sudah tidak ada. Alhasil, banyak
kerugian yang dialami oleh berbagai pihak; sedangkan keuntungan yang
sifatnya sementara hanya dialami oleh sebagian kecil saja. Banyak
pemimpin yang berkuasa ttapi sesungguhnya tidak memimpin. Sebab,
memimpin berarti memberikan arah politik dan ekonomi yang jelas.
Khazanah
Melayu sangat kaya dengan kandungan pesan moral dan etika, termasuk
etika politik. Sifat-sifat kepemimpinan yang ideal telah banyak
dijabarkan dalam karya-karya sastra Melayu. Maka dari itu, sangatlah
tepat apabila kita mencoba untuk menggali, mempelajari, dan berusaha
mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia kini membutuhkan sosok pemimpin yang berpihak pada kepentingan
rakyat, bukan pada kepentingan partai politik atau kelompok tertentu.
Khazanah politik Melayu banyak menawarkan konsep kepemimpinan yang ideal
tersebut.
Orang-orang
Melayu di Indonesia kini merindukan sosok seperti Suman Hs. Tokoh
kharismatik Riau tersebut dikenal sebagai sosok pemimpin yang berwibawa,
bersahaja, dan sangat dekat dengan nilai-nilai kepemimpinan dalam
khazanah Melayu. Kebersahajaannya dapat dilihat dari sikap berjalan yang
terbungkuk-bungkuk, naik kendaraan sepeda yang buruk, dan masih banyak
lagi. Pemimpin dalam konsep Melayu bukanlah berada di belakang sehingga
ia ditinggalkan, tetapi di tengah-tengah rakyatnya. Pemimpin adalah
seseorang yang mampu berkata: “Kalau aku ini adil sembahlah aku, kalau aku lalim sanggahlah aku”. [9]
Indonesia
juga membutuhkan figur Raja Ali Haji yang dikenal mampu membangkitkan
motivasi masyarakat dan umat. Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu
memberikan semangat kepada rakyatnya, bukan pemimpin yang menghasilkan
sikap pesimis bagi rakyatnya.
Angka
korupsi yang tinggi, kekerasan dalam pemilihan kepala daerah,
pro-kontra seputar anti-pornografi dan pornoaksi, DPR yang tidak kritis,
DPD yang mandul, pemerintah yang tuli dan buta terhadap penderitaan
rakyat, memberi sinyal kuat bahwa politik Indonesia kita bermasalah,
penuh kotoran, sampah, limbah, dan virus. Sejumlah patologi politik
seperti ini memerlukan pembacaan kembali perihal visi politik, atau
setidak-tidaknya revitalisasi sebagai cara untuk membongkar di mana
sebetulnya kelemahan visi politik kita selama ini. Khazanah Melayu dapat
menjadi metode sekaligus referensi untuk menyelesaikan kemelut dan
berbagai permasalahan Indonesia saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar